Hari yang Seru, Melelahkan Tapi Senang

Hari ini adalah hari yang cukup panjang bagi saya. Sungguh sayang rasanya jika harus dilewatkan tanpa ada tulisan tentangnya.

Sejak pagi, saya sudah stand by untuk meliput acara Pembukaan Asian Parliamentary Assembly (APA) di Gedung Merdeka yang dihadiri oleh SBY. Meski hanya sempat sarapan roti, tapi itu tidak mengurangi semangat saya pagi tadi.

Belum lagi pukul 10.00 WIB, saya sudah bisa melaporkan beberapa berita. Itu adalah hasil mondar-mandir di sekitaran Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika hingga Alun-alun (tempat massa yang akan berdemo berkumpul-red). Saya juga masih sempat melihat SBY melambaikan tangannya dari sedan RI 1 nya itu, meski entah lambaian itu untuk siapa, karena area Jalan Asia Afrika dan sekitarnya tak ada lagi masyarakat. Karena telah diinstruksikan untuk tidak berada di lokasi tersebut, alias 'steril'.
Usai SBY masuk, saya dan teman-teman lainnya mengejar aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan sejumlah elemen masyarakat (mahasiswa, ormas, atau lsm), sedikitnya ada 5 titik demonstrasi menurut laporan yang diterima Kapolwiltabes Bandung, yaitu di Alun-alun, Simpang Lima, Via Duct, Merdeka atau depan BIP dan Braga.

Saat aksi di Jalan Braga itu lah ada kejadian yang menggelikan hingga membuat saya tergelak. Di tengah-tengah aksi yang dilakukan oleh Komite Aksi Perjuangan Rakyat di Jalan Braga, seorang ibu bernama Erna (54) berteriak-teriak dengan isi omongan tak jelas. Diduga si ibu mengalami gangguan jiwa. Peristiwa itu terjadi saat seratusan lebih massa demonstran duduk menunggu pernyataan dukungan dari polisi untuk penuntasan Bank Century. Sebelumnya massa meminta polisi memberikan dukungan atas isu aksi mereka. Polisi diberikan waktu dua menit.

Namun tiba-tiba dari belakang kerumunan demonstran, seorang ibu berteriak lantang "Hanya Tuhan yang bisa menyelesaikan itu semua," teriak ibu berkulit putih yang mengenakan baju terusan biru selutut dan didouble kaus krem itu. Sontak teriakan si ibu itu membuat para mahasiswa menoleh ke belakang, lalu bertepuk tangan dan koor langsung. Kemudian seorang demonstran berteriak "Lihat masyarakat saja mendukung kita, mau ikut bersuara," teriaknya.

Lalu seorang demonstran memberikan pengeras suara kepada si ibu dan memintanya untuk meneruskan orasi dukungannya terhadap tuntutan penuntasan Bank Century. Namun yang terjadi, ketika si ibu memegang toa (pengeras suara-red), kalimat yang keluar dari mulut ibu itu tak karuan. "Sebagai mahasiswa harusnya bangun pagi, jangan merokok," teriaknya.

"Cepat bubar, ayo segera ke masjid, segera ke gereja. Minta ampunan, hanya Tuhan yang bisa menyelamatkan. No smoking," teriak si ibu lantang. Kontan teriakan si ibu membuat para demonstran kebingungan. Beberapa di antara mereka berbisik kepada temannya. "Wah si ibu teh gelo sigana ( si ibu gila kayanya)," bisik seorang demonstran menahan tawa.

Para wartawan yang tengah mengabadikan gambar sejak si ibu berteriak pertama kali pun akhirnya tersenyum dan menjauh. Saya pun yang semula bersemangat mengambil foto tak urung tertawa juga mendengar celotehan ibu itu.

"Cepat bubar, cepat bubar. Polisi tidak tahu apa-apa, kasihan," seru si ibu itu. Kemudian seorang mahasiswa mengambil pengeras suara di tangan si ibu. Untuk mengalihkan kembali perhatian, para massa kembali berteriak-teriak "Revolusi, revolusi," teriak massa. Namun seolah tak mau kalah, si ibu pun terus berteriak meski tanpa toah di tangannya.

"Saya ini warga Braga, saya lahir di sini, saya orang Bandung, saya WNI," ujar si ibu kepada wartawan. Kalau diingat lagi, kejadian itu masih saja membuat saya tersenyum geli. Ada-ada saja pikir saya. Tapi lumayanlah untuk penyegar suasana. Karena sejak pagi saya harus berjalan cukup jauh untuk mengejar agenda kedatangan delegasi, presiden, hingga demo. Saya harus berjalan kaki cukup jauh untuk mengikuti rangkaian kegiatan hari ini.

Demo tak berhenti sampai disitu, hingga sekitar pukul 12.30 WIB masih saja aksi itu berlangsung. bahkan sempat terjadi aksi saling dorong yang nyaris ricuh.

Sepotong siang yang cukup melelahkan itu pun saya tutup dengan makan siang di Pujasera Merdeka dengan menu Nasi Tulang Jambal (catat, nasinya 2 porsi, hehehe). Kemudian diteruskan dengan konfrensi pers Brotherhood Braga Bike Fest 2009 di Rumah Makan Sambara di Jalan Trunojoyo. Belum cukup seru, perjalanan menuju Sambara dari Pemkot Bandung, saya harus rela dibonceng oleh teman saya yang sedang belajar sekaligus melancarkan mengendarai motor. Untunglah kami sampai dengan selamat.

Sampai di Sambara, sebeum acara dimulai mulailah muncul sedikit penyesalan akibat rakusnya makan siang saya tadi. Karena di Sambara juga telah disiapkan menu makanan berat. Wah, cumi-cumi dan sambal terasinya seolah melambai-lambai. Tapi apa daya, kapasitas perut sudah full, saya hanya mengambil es cingcau saja. liputan ringan itu berjalan santai, hingga akhirnya saya sampai di kantor. Kirim foto dan video, selesailah agenda liputan saya di hari ini. Meskipun melelahkan, tapi hari ini saya merasa puas. Ya, puas.

whuaaa..akhirnya sampai rumah jugaa...seru deh hari ini...
what a day..


-fun day-

2 Responses to "Hari yang Seru, Melelahkan Tapi Senang"

  1. ah bnyak sekali pengalamanmu...seru-seru lagi!!
    si ibunya ingin eksis kali tya?? baguslah dikasih sarana dan prasarana hehee

    terus bagi pengalaman tya ngeliput ya... :-)

    ReplyDelete
  2. hihihihi..kalo inget kejadian itu tya masih suka geli sendiri loh nda...

    makasih ya nda udah mau baca cerita pengalaman tya liputan...semoga mood menulisnya terus terjaga...hehehe..

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel