Film Balibo, Kesan Setelah Menontonnya

Setelah menjalani hari yang seru, hari ini pun saya akhiri dengan menonton Film Balibo. Bersama teman-teman wartawan lainnya saya meluncur ke Gedung Indonesia Menggugat di Jalan Perintis Kemerdekaan usai menyelesaikan pekerjaan. Sekitar pukul 19.15 kami pun sampai. Tak diduga, antusias masyarakat begitu besar pada film ini. Halaman parkir GIM dipadati puluhan bahkan ratusan motor, juga beberapa mobil. Ketika sampai di dalam, saya pun tiba-tiba merasa putus harapan melihat tak ada lagi tempat yang tersedia (dengan posisi strategis maksudnya). Ruangan telah penuh orang dengan berbagai posisi.

Tapi niat menonton film ini sudah terlanjur menggebu, saya pun mencari celah hingga akhirnya menyempil di bagian depan kanan layar. Selama sekitar satu setengah jam, saya pun rela duduk berganti-ganti posisi dengan dampak sakit pinggang, leher sekaligus agak jereng matanya (ahaha..maaf lebay) plus kesemutan. Bayangkan, dengan posisi seperti itu saja saya bisa menitikkan air mata beberapa kali saat beberapa adegan dramatis. Apalagi kalau posisinya mendukung! hehehe.

Ya, Film balibo ini  adalah film yang akhir-akhir ini sering menjadi perbnincangan, yang katanya jadi kontroversi berbagai kalangan di Indonesia. Bagaimana tidak, film ini menceritakan tentang tewasnya 5 orang wartawan asing di Balibo, wilayah perbatasan di Timor Timur (sekarang Timor Leste-red). Dilihat dari film ini, memang terkesan menyudutkan Indonesia sebagai pihak yang bersalah atas tewasnya wartawan itu. Berdasarkan berita dari media massa sebelumnya, pemerintahan Indonesia mengelak tuduhan itu dan menyatakan bahwa tewasnya kelima wartawan adalah akibat terjebak dalam baku tembak antara TNI dan Tentara Fretelin. Namun eks kopasus mengungkap bahwa yang digambarkan dalam film tersebut memang mengandung fakta yang sesungguhnya, selebihnya merupakan bumbu tambahan dari sutradara untuk menambah efek dramatis.

Secara garis besar, film ini menceritakan tentang pengakuan seorang wanita yang pada masa kecilnya mengalami peristiwa tragis di Timor Timur pada 1975. Juliana, gadis berambut keriting itu menjadi saksi pembantaian saat usianya 8 tahun. Dalam film itu diceritakan seorang wartawan senior asal Darwin Australia Roger East yang berupaya mengungkap hilangnya wartawan asal Australia beberapa minggu sebelum kedatangannya. Hingga akhirnya mengungkap peristiwa yang terjadi.

Secara pribadi dari segi penikmat film saya menilai film ini cukup bagus, apalagi saya benar-benar menangis saat adegan wartawan yang dibunuh atau saat Roger terlibat emosi sesaat saat pulang dari lokasi pembunuhan (yang juga mengakibatkan seorang sopir yang juga saksi-nya juga terbunuh). Sementara dari sisi nasionalisme, sebagai warga Indonesia saya merasa sedikit bergidik jika apa yang diceritakan dalam film itu memang benar terjadi seperti itu. Wallohualam.

Menurut saya film itu memberikan pelajaran, setidaknya bagi saya sebagai wartawan, untuk tidak bertindak gegabah, apalagi dalam kondisi konflik seperti itu. Karena sebelum wartawan tersebut terlibat aksi kejar-kejaran hingga mengakibatkan tewasnya mereka itu adalah karena mereka tidak mengindahkan peringatan. Meskipun kita bertanggungjawab memberitakan sesuatu namun harus diperhatikan pula keselamatannya. Kalau sudah meninggal, apa yang mau diberitakan lagi? Tak ada berita seharga nyawa, begitu yang sering saya dengar.

Tapi ya karena saya ini bukan wartawan perang, saya tidak tahu apa yang jadi pertimbangan seorang wartawan saat di wilayah konflik seperti itu. Syukurlah saya bukan wartaan perang. Pada akhirnya film ini menurut saya akan menambah wawasan tentang alasan Timor Timur ingin merdeka.


-Film Balibo dan Wartawan-

2 Responses to "Film Balibo, Kesan Setelah Menontonnya"

  1. Ty, ga ngeliput Jiffest? jumat ini saya ke jiffest kayaknya :)

    ReplyDelete
  2. engga nda, tya kan homebased liputannya di bandung. pasti ada yg kesana dari jkt. nda kesana yaaaah...wah...
    ntar cerita pas ke jiffest yah...

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel