when the wind of change coming
Beberapa hari lalu saya memposting notes yang isinya :
"When the winds of changed are blowing, some people are building shelters and the others are building windmills. Which one are you?"
Saat itu tak terbayangkan, bahwa saya akan menghadapi angin perubahan itu. Mungkin seharusnya, saat menuliskan itu, saya benar-benar harus merenungkannya ya? Bukan hanya menuliskannya setelah membaca dari sebuah buku atau apapun itu. (Jadi lupa, dapet kalimat itu darimana :P)
Seperti tagline sebuah event besar dimana saya pernah menjadi volunteernya. Yang Abadi Cuma Satu : Perubahan.
Dalam hidup, normalnya memang akan selalu terjadi perubahan sekecil apapun itu. Perubahan fisik, sikap, kepribadian, lingkungan, dan masih banyak lagi yang bisa berubah. Saya juga menyadari, saya bukanlah orang yang sama dengan saya pada setahun lalu, bahkan seminggu lalu. Banyak hal yang membuat (bahkan memaksa) kita untuk berubah.
Hari ini, saya sadar, saya akan menghadapi perubahan. Dan sepertinya perubahan itu cukup mempengaruhi diri saya secara individu. Saya pun merasa sedikit gentar. Karena saya tak siap untuk banyak perubahan secara sekaligus.
Izinkan saya menangisi apa yang sedang saya jalani saat ini. Sesuatu yang mungkin akan berbeda beberapa hari lagi. Seakan mental saya tak siap menerimanya. Ya Tuhan, kenapa sikap saya ini begitu sentimentil :(
Saya masih menerka-nerka, bagaimana bentuk perubahan itu. Akankah baik atau buruk. Memang belum ada jaminan untuk itu. Untuk itu saya merasa takut menghadapinya. Tapi saya tahu itu adalah keharusan. Mau tidak mau, akan saya hadapi.
Yang saya lakukan saat ini, adalah mundur beberapa langkah, untuk melihat bentuk perubahan itu. Untuk akhirnya saya hadapi dengan sikap terbaik. Tentunya juga melihat bagaimana orang-orang di sekitar saya menghadapi perubahan itu.
Setelah itu, saya akan tahu, apa yang akan saya lakukan. Build a shelter or build windmill :)
-tya-
Saat itu tak terbayangkan, bahwa saya akan menghadapi angin perubahan itu. Mungkin seharusnya, saat menuliskan itu, saya benar-benar harus merenungkannya ya? Bukan hanya menuliskannya setelah membaca dari sebuah buku atau apapun itu. (Jadi lupa, dapet kalimat itu darimana :P)
Seperti tagline sebuah event besar dimana saya pernah menjadi volunteernya. Yang Abadi Cuma Satu : Perubahan.
Dalam hidup, normalnya memang akan selalu terjadi perubahan sekecil apapun itu. Perubahan fisik, sikap, kepribadian, lingkungan, dan masih banyak lagi yang bisa berubah. Saya juga menyadari, saya bukanlah orang yang sama dengan saya pada setahun lalu, bahkan seminggu lalu. Banyak hal yang membuat (bahkan memaksa) kita untuk berubah.
Hari ini, saya sadar, saya akan menghadapi perubahan. Dan sepertinya perubahan itu cukup mempengaruhi diri saya secara individu. Saya pun merasa sedikit gentar. Karena saya tak siap untuk banyak perubahan secara sekaligus.
Izinkan saya menangisi apa yang sedang saya jalani saat ini. Sesuatu yang mungkin akan berbeda beberapa hari lagi. Seakan mental saya tak siap menerimanya. Ya Tuhan, kenapa sikap saya ini begitu sentimentil :(
Saya masih menerka-nerka, bagaimana bentuk perubahan itu. Akankah baik atau buruk. Memang belum ada jaminan untuk itu. Untuk itu saya merasa takut menghadapinya. Tapi saya tahu itu adalah keharusan. Mau tidak mau, akan saya hadapi.
Yang saya lakukan saat ini, adalah mundur beberapa langkah, untuk melihat bentuk perubahan itu. Untuk akhirnya saya hadapi dengan sikap terbaik. Tentunya juga melihat bagaimana orang-orang di sekitar saya menghadapi perubahan itu.
Setelah itu, saya akan tahu, apa yang akan saya lakukan. Build a shelter or build windmill :)
-tya-
build aja dua-duanya
ReplyDeleteEhm... perubahan mungkin rencana yang tak direncanakan bisa juga sebaliknya. But inilah yang terbaik yang harus dijalani...
ReplyDeletesampe sekarang masih belum memutuskan akan 'build' yg mana..huuuuft...
ReplyDeletemari kita menjalaninya dengan sikap yang terbaik :)
ReplyDelete