Akumulasi Rindu

Sesaat setelah melewati gerbang kantor, air mataku meleleh. Aku mengangis tanpa tahu pasti penyebabnya. Sebenarnya perasaan emosional itu sejak beberapa saat lalu ingin tumpah, untunglah bisa kutahan.

Dimulai dengan seringnya aku mulai melirik jam tangan atau jam yang berada di pojok kiri laptop. Hah..apakah aku akan pulang pada menjelang larut lagi malam ini? Begitu tanyaku pada diri sendiri. Aku mulai merutuki pekerjaan yang tak habis-habisnya ini. Tak bisakah menunggu hingga besok saja wahai peristiwa?

Aku resah menanti waktu pulang. Apakah saat aku pulang mereka semua masih terbangun? Harapku begitu, karena sudah hampir 3 hari ini aku tak bertatap muka dengan ayahku. Dengan adikku baru bertemu tadi pagi, saat ia akan berangkat kuliah. Sementara ibuku, ia selalu menyempatkan bangun -meski sebenarnya sudah mulai terlelap tidur- saat aku pulang larut malam. Tapi tetap saja tak puas. Aku rindu bercerita dengan mereka.

Hingga akhirnya aku pun meminta pulang lebih dulu. Padahal mungkin pekerjaan sebenarnya masih belum selesai. Gejolak ingin berkumpul dengan keluarga tak berbendung. Sepanjang perjalanan air mata ini tak berhenti mengalir. Aku menangis tersengguk-sengguk. Kuhapus tangisku ketika rumah mulai dekat. Jangan sampai nangis, jangan sampai nangis. Begitu kataku pada diri sendiri. Aku tak mau memperlihatkan wajah seperti ini pada orang-orang rumahku.

Seharusnya aku senang karena ternyata rumahku masih 'hidup'. Seluruh anggotanya masih berkegiatan. Pintu-pintu kamar masih terbuka, semua ruangan masih menyala. Seharusnya aku senang. Tapi aku malah terus melangkah, menuju kamar. Meneruskan tangis yang tak juga terpuaskan. Aku tahu bahwa mereka tahu apa yang terjadi padaku. Saat ibuku bertanya apakah aku mau makan, aku pun tak bisa menjawabnya karena masih menangis. Dari kamarku, kubilang bahwa nanti aku pasti akan makan dan memintanya tak perlu menungguiku-seperti yang selalu dilakukannya-. Lagipula aku memang pasti makan mengingat belum ada nasi yang masuk perutku hari ini.

Kenapa aku malah dikamar, menangis saat keadaan rumah seperti yang kuinginkan, aku di sudah rumah -sekitar pukul 9 lewat beberapa menit- dan mereka semua ada, seperti yang kuinginkan. Tapi justru kondisi hatiku tak bisa dipaksakan. Aku sedang berada dalam siklus sensitif.

Aku mendadak rindu pada yang selama ini sulit kutemui. Keluarga, sahabat, teman-teman, kebersamaan, menikmati waktu sendiri. Aku rindu itu semua. Mendadak kusalahkan waktu yang berjalan begitu cepat. Aku lupa, kapan terakhir kali aku bisa makan bersama bersama keluarga. Padahal aku ingin itu. Aku lupa, kapan terakhir kali aku saling bercerita dengan para sahabat. Padahal aku butuh itu. Aku lupa, kapan terakhir kali tertawa-tawa dengan teman-teman. Padahal aku suka itu. Bermain dengan kucing-kucingku pun aku lupa. Aku rindu berada di tengah-tengah itu. Aku, apakah aku masih ada? Karena aku merasa perlahan-lahan aku seakan menghilang.

Kapan aku bisa membayar utang rindu ini?

Temanku kini hanya sebidang keyboard QWERTY dengan layar 14inch. Maaf, tapi itu tak memuaskanku. Keluarga, sahabat dan teman-temanku, merekalah energiku. Aku butuh suplai energi itu. Sesuatu yang sulit kudapat karena 3/4 hariku kuhabiskan di kantor. Pengandaian bodoh, kalau saja bisa, aku ingin digaji dengan waktu. Sudahlah, besok aku harus kembali lagi melakukan rutinitas itu.

Aku hanya berharap, jarak yang saat ini merenggang, antara aku dan orang orang tersayang bisa kembali dan tak semakin jauh.

Aku Rindu
Aku Rindu Kalian

-tya-

*setelah menangis tersengguk-sengguk, lalu kemudian merasa ngga penting banget pake acara nangis bombai. huuuuft....

12 Responses to "Akumulasi Rindu"

  1. perasaan yang sama yang aku rasain ya.. kadang pengen manjain diri aja susah..24 jam untuk seorang pekerja media online mungkin kurang..

    ReplyDelete
  2. alah..ampe segitunya eta kerja...
    ckckck..kalian workaholic ternyata...

    ReplyDelete
  3. badan kita bisa sakit kalo ngga makan, begitu juga jiwa dan hati kita yang harus diberi asupan nutrisi dan vitamin dari keluarga dan sahabat.

    24 jam emang ngga akan pernah cukup untuk semua orang teh..lagian emang ngga mungkin nambah. Itu yang bikin waktu begitu berharga...huuuuft...

    ReplyDelete
  4. iyah..ampe segitunya ya liq..kalo dipikirin meni cape..

    engga ah..tya mah bukan workaholic..
    daripada workaholic mendingan shopaholic..hihiy...ato latte peppermint holic?? ups..

    ReplyDelete
  5. hadaaahhh...dia lagi pake bilang-bilang...
    hohoho..jadi maluuuu... :")

    ReplyDelete
  6. merindukan siapa mba?? hihihi...

    ReplyDelete
  7. Susah juga ya...jadi org sibuk...

    ReplyDelete
  8. bukan..tya bukan org sibuk..tya ngga mau sibuk..

    tya cuma terikat dalam sebuah sistem..hehehe...

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel